Samstag, Juni 19, 2004

Mereka juga sebagai Ayah dan Bunda

Bagi seorang anak mungkin akan sangat beruntung jika Ayah-Bundanya tidak menjadi calon presiden [capres], minimal itu perasaan saya sebagai anak dan juga seorang Ayah dari anak², kenapa? Yaa...tidak bisa saya bayangin aktivitas mereka saat² kampanye seperti saat ini. Mulai dari mengunjungi pasar, petani, rutan, lapangan, debat capres, wawancara dan lainnya, dan karena sekarang lagi piala Euro 2004, maka itupun harus nonton bareng bersama simpatisan sampai larut malam. Yang namanya jam ya tetep 24 jam/hari. Jika kita sebagai anak capres, kapan sarapan pagi dan makan malam bareng? Betapa indahnya suasana makan malam bersama keluarga, disamping kiri dan kanan dikelilingi orang² yang kita cintai.

Nah, kalau masa kampanye seperti ini, disamping kanan tim sukses, kiri ketua rombongan, depan panitia pengundang dan sebelah belakang komandan pengamanan capres. Kamera tv dimana², itu pun harus selalu terlihat ceria, jangan coba² kelihatan wajah cemberut. Jadi kalau kesal sedikit atau pun banyak mendingan pergi ke belakang sebentar, jadi terhindar dari kamera.

Back to family, berapa lama penungguan ananda² capres untuk hanya sekedar makan malam bersama? Marilah kita doakan buat semua capres, semoga keluarga mereka diberikan ketabahan dalam masa² sulit seperti ini dan selalu diberikan kebahagian, serta kesabaran dalam menghadapi fitnah, gunjingan dan lain sebagainya dari pihak yang tak bertanggung jawab. Dan bagi simpatisan capres, marilah kita berbuat yang terbaik buat capres kita tanpa perlu menyakiti saudara² kita yang lain. Bagaimanapun mereka adalah Ayah dan Bunda dari anak² mereka.

Sebagai hadiah simpatisan Amien Rais, ini ada foto keluarga beliau. Coba tebak, yang mana Pak Amien?

Donnerstag, Juni 17, 2004

Maaf mas, kaki saya ke-injak!

Saya baru tahu kalau teman dekat saya, dulunya nggak suka sama Amien Rais (AR). Padahal dia pernah ikut mendengarkan orasi AR pada thn 1997 dulu dilapangan GASIBU, Bandung (mau tau kepanjangan GASIBU versi kocaknya, GApangan SIpak BUla). Gaya berpidato AR yang berapi² dilengkapi dengan data² valid yang tak terbantahkan, membuat sebagian orang kaget, salut, terharu, terpacu dan ternyata juga bosan. Teman saya contohnya, masuk katagori yang terakhir.

Beberapa minggu yang lalu dia akhirnya berterus terang mengapa dia nggak simpati dengan AR, ternyata gaya bahasanya tidak terlalu pas dengan telingga teman saya tsb. Dia juga bilang, kalaupun itu data dan fakta yang dinyatakan adalah betul, tapi gaya penyampaiannya terlalu agresif. Demikian kesimpulan intinya.

Namun sekarang dia telah menjadi salah seorang simpatisan AR dan selalu membaca artikel² baik itu di MailingList ataupun di koran-online. Dan paling marah kalau ada orang yang menyudutkan AR. Setelah saya selidiki, ternyata dia melihat ada perubahan besar dalam tutur, gaya dan penampilan AR yang makin bijak. Mungkin benar apa yang dikatakan beliau bahwa ''Semakin Tua, Insya Allah, Saya Semakin Arif'' seperti yang diutarakannya saat wawancara dengan Hidayatullal.Com.

Ternyata cara berbicarapun significant menarik perhatian orang. Jadi teringat, kalaupun kaki kita terinjak orang dan itu sakit (bageeet3x), kata² "terbaik" yang sering diucapkan, Maaf mas, kaki saya ke-injak!.

FYI, Majalah Gatra hari ini juga membahas topik berkisar tentang penampilan Amien Rais. Beberapa kutipannya menyatakan begini..........Amien bisa bicara dengan siapa saja dari hati ke hati, tanpa memerahkan telinga pendengarnya. Selengkapnya silakan klik di Gatra.Com

Mittwoch, Juni 16, 2004

Yahoo dan Amien Rais

Kejutan atau ueberraschung (deutsch) selalu kita harapkan, suatu hal yang diperoleh diluar perkiraan kita. Pas kemaren, para imel-er yahoo.com mendapat kejutan dengan melonjakkan kapasitas imel dari 6MB menjadi 100MB, yang lebih terkejut lagi bisa kirim file dengan kapasitas 10MB, luar biasa. Jadi jangan kaget, itu semua free lho.., kecuali yang merasa itu masih kurang dan mau upgrade menjadi 2GB bayar 19.19$/tahun.

Apa hubungannya dengan Amien Rais? Nah itu dia, selain para simpatisan menggunakan fasilitas MailingList yahoogroups dan juga sebagian besar peserta MailingList yang sampai hari ini telah berjumlah 825 orang, sebagian besar tercatet menggunakan imel dari yahoo.

Jadi yang biasanya mailbox penuh melulu kalo ngga dibuka sehari, sekarang sedikit santai..toh kapasitas sudah 100MB. Dan juga jangan segan² kirim foto² ARSIS ke teman, tante, paman, nenek, ataupun tetangga..(kayak iklan kijang aja).

Hal lainnya, ini juga bisa memacu para simpatisan untuk lebih giat lagi mempromosikan ARSIS, semuanya bisa terjadi kan? Jadi nanti jangan kaget pula, ternyata suaranya ARSIS naik berlipat-lipat pula nanti pas tgl 5 Juli..he..he.., semoga begitu hendaknya. Jangan hanya yahoo saja naik berlipat-lipat, yang milih Amien Rais pun InsyaAllah bisa. Ayo terus semangaaaaaat, ingat nomer tiga..

Mau baca berita lengkap tentang "kebaikan" yahoo ini versi GatraCom? COB..LOSS

Samstag, Juni 12, 2004

Amien di kota "ayam den lapeh"

Tour Sumatra (bukan antar lintas sumatra lho, ntar dikira-in bus ALS) rombongan Amien Rais memang tak pernah sepi penggemar. Di kota manapun di Sumatra, selalu dihadiri puluhan ribu pengunjung. Emang kalo nama Amien Rais di pulau ini sangat akrab hampir disemua lapisan masyarakat. Nggak percaya? Mau lihat jumlah peserta kampanye yang dilaksanakan pada hari Jum`at lalu di lapangan Iman Bonjol Padang, versi koran lokal?

Ntar dulu dong, baca dulu komentar salah seorang cendikiawan dari daerah ini yang juga Ketua ICMI Sumbar, Prof. Dr. Marlis Rahman, MSc. ....antusias masyarakat mengikuti kampanye Amien Rais, tak terlepas dari figur salah seorang tokoh reformasi tsb...."Lantaran, Pak Amien itu demokratis dan reformis, maka sesuai dengan kondisi masyarakat Sumatra Barat yang menjunjung tinggi demokratis, dengan falsafah Adat Basandi Sarak, Sarak Basandi Kitabullah. Saya pikir ini yang membuat masyarakat terpikat dengannya", ujar Marlis.

Ok, sekarang mari lihat fotonya! :COB..LOSS

Presiden pilihan Astri Ivo

Semakin hari semakin jelas siapa saja yang mendukung Amien Rais untuk menjadi RI-1. Disamping itu secara tersirat juga banyak pengamat dan tokoh masyarakat yang mendukung Amien Rais. Namun Astri Ivo salah seorang aktivis Partai Keadilan Sejahtera ini terang²an mendukung Amien Rais secara pribadi.

Dua hari setelah Amien Rais kampanye di Pekanbaru, ternyata masih ada cerita menarik. Astri Ivo, Inneke Koesherawati dan Din Syamsuddin mengunjungi harian terbesar di Riau, RIAUPOS.

Pada saat itulah Astri Ivo menjelaskan bahwa Amien Rais adalah capres pilihannya. Apa alasan dia memilih Amien Rais? Dengan mantap dia bilang bahwa: "Pak Amien ibadahnya kuat, orangnya taat. Saya yakin Pak Amien tidak akan sengsarakan rakyat", jelasnya
Selengkapnya baca disini: COB..LOSS

Freitag, Juni 11, 2004

“Wabah” ARSIS di negeri tetangga

Tak hanya didalam negeri geliat pendukung Amien Rais - Siswono (ARSIS) menujukkan aktivitasnya, ternyata “wabah” ini telah menyebar ke manca negara. Di Brunei Darussalam, negeri kesultanan yang terkenal kaya minyak ini ternyata ada juga wadah menampung simpatisan ARSIS yang diberi nama Simpatisan Brunei for Amien-Siswono (SIBAS) , dan Kang Sumantri yang menjadi SEKUM persekutuan ini. Kalau kata saya sih bagusnya bukan SIBAS, tapi SINBAD si pelaut..he..he..(canda dikit dong), jangan marah ya Kang..!

Menurut Kang Sumantri, modal awal suara adalah 470 dan diharapkan nanti bisa mencapai 1250 lebih atau 25% dari total pemilih terdaftar. Mudah² saja target ini lebih, atau malah semuanya milih ARSIS, amin…

Gimana cara kampanyenya? Nah itu dia, bak kata pepatah lain padang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya (tapi ada yang sama lho, si..ARSIS..tea). Strategi kampanye yang dilakukan disana adalah dengan cara face to face, diskusi, pembagian bulletin, sms dan postcard. Simpatisan SIBAS menemui lebih dari 3000 TKI di Brunei setiap hari minggu serentak dikantong² (bukan saku/kocek, red) TKI (kedai-kedai, pabrik, mall, food court, pengajian, arisan dll) dengan mengikuti aturan negeri disini, kampanye terbuka, orasi, mengunakan atribut dengan masa yang banyak dll tdk dibenarkan, tapi bukan berarti hilang aspirasi dukungan untuk ARSIS, silaturrahmi adalah strategi yang kita gunakan.

Sifat SIBAS ini menurung Kang SEKUM ini adalah lintas-non formal lintas suku, agama, karya, partai, pendidikan dan pendapatan pendukung SIBAS-dari DR sampai kuli bangunan dan pembatu InsyaAllah.

Sementara itu formasi pengurus SIBAS terdiri dari dewan pakar, penasihat, ketua umum, sekretaris umum dan korwil (ada 5 wilayah).

So, bagaimana di negara lain? Kita tunggu laporan berikutnya…

Amien di Pekanbaru di “hadang GRANAT“

Kalau membaca berita Amien Rais dalam rangka Tour Sumatra sudah banyak diberitakan oleh koran nasional. Kali² coba baca reportase koran terbesar di Riau, RiauPos mengenai kunjungan capres si nomer 3 ini di Pekanbaru, kemaren 10 Juni 2004.

Salah satu kutipannya: Dalam kesempatan itu Amien Rais juga menerima pernyataan dukungan dari beberapa simpatisan lainnya. Antara lain berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) daerah Riau. Hal ini ditandai dengan penyerahan ikat kepala bertuliskan Partai Keadilan Sejahtera oleh dua simpatisan PKS kepada Amien Rais, istrinya dan beberapa tokoh partai lain yang menjadi pendukung Amien Rais.

Dan pada saat jamuan makan siang, rombongan ARSIS “dihadang GRANAT”.
Mau tau selanjutnya? COB..LOSS

Donnerstag, Juni 10, 2004

Jangan ada dendam diantara kita

Saya teringat pesan salah seorang dosen waktu kuliah S2 di ITB dulu kurang lebih intinya begini; Keahlian anda bukan ada dalam buku dan ijazah. Perkataan ini yang selalu menjadi ingatan saya dan memacu untuk memahami benar ilmu yang dipelajari, bukan hanya sekedar mengejar kertas selembar. Apa lagi nanti kalau ada yang bertanya tentang sesuatu kepada kita tentang topik yang kita tekuni, lalu dijawab ..wah, ntar yaa saya baca buku dulu. Kalau gini caranya semua orang kan bisa..(ce ile..).

Membaca berita hari ini di DetikCom mengenai "debat capres" di kampus UI Depok yang hanya dihadiri oleh Amien Rais (saja), cukup dimaklumi. Jelas kalau Amien Rais masuk kampus, sama saja menyuruh ikan nyebur ke sungai. Ya sudah puluhan tahun dia bergelut di dunia kampus, baik sebagai mahasiswa dan terakhir jadi dosen dan peneliti. Yang lucu adalah kalau Amien Rais ngga datang, he..he..(masak nggak datang sih?).

Balik ke awal cerita, disini saya lihat kejeniusan Amien Rais dalam melihat masalah dan memecahkannya dalam waktu yang singkat. Sehubungan dengan 7 butir "kontrak politik" poin pertama yang sedikit "mengganjal" barangkali dalam susunan kosa katanya. Pada mulanya bersisi: Adili Soeharto dan kroninya. Nah, kayaknya Amien Rais sudah tau benar sifat sebagian besar masyarakat kita yang "santun", dan kalau kalimat ini yang diteken, wah..berabe deh (agak kasar kali yee?). Dengan cepat dia mengusulkan tambahan diujung kalimat tersebut dengan sesuai dengan hukum tanpa ada rasa dendam. Bahasa ini jika ditelaah sangat santun. Tampaknya Amien Rais makin hari makin matang aja...Pantaslah dia jadi capres yang diidamkan banyak orang.

Tujuh poin kontrak politik dengan mahasiswa di kampus UI selengkapnya adalah sbb (ini perlu diingat kalau dia lupa setelah jadi presiden, kudu didemo!):

[1] Mengadili Soeharto serta para kroninya tanpa diiringi rasa benci dan dendam
[2] Menolak militerisme.
[3] Menghapus budaya kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).
[4] Menyelenggarakan pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas.
[5] Mengendalikan harga sembako, bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan memberdayakan unit usaha kecil-menengah.
[6] Meningkatkan kesejahteraan buruh, tani, nelayan, dan guru.
[7] Membangun kemandirian bangsa dan menegakkan budaya demokrasi yang egaliter.

Selengkapnya baca disini COB..LOSS! atau di Republika.co.id

Mittwoch, Juni 09, 2004

Semoga sektor pendidikan prioritas utama

Tanggapan ke-2 dari tulisan saya sebelumnya dari Mas Anton Irawan (Germany) juga syarat dengan ide² membangun. Buah pikiran dan tulisan ini amat sayang kalau tidak dibaca, makasih Mas Anton...

Oleh Anton Irawan
Jadi pingin juga berandai-andai. Saya juga punya pemikiran gini gimana ntar kalau bisa untuk beasiswa ada dana abadi pendidikan aja. Misalkan dana abadi pendidikan sekitar 10 trilyun yang dipergunakan untuk beasiswa S3. Kalau kita ndak pakai sistem bunga tapi pakai bagi hasil sekitar Rp 100 milyar tiap bulan atau 10 juta euro. Kalau tiap orang membutuhkan biaya hidup sekitar 1000 euro maka itu sudah bisa dipergunakan untuk membiayai hidup sekitar 10 ribu mahasiswa. Dana abadi tetap utuh sekitar 10 trilyun. Aneh yaa sampai sekarang saya belum pernah mendengar pemerintah memberikan beasiswa murni dari kantong sendiri tapi selalu dari pinjaman luar negeri. Mudah-mudahan ntar sektor pendidikan menjadi prioritas utama untuk memajukan bangsa. Makanya Pilih no 3 biar tidak nyesal selamanya.

wss.wr.wb
-anton irawan-
Germany

Indonesia butuh orang jujur, cerdas, berani dan inovatif

Terima kasih tanggapan dari Fajar Siswandaru mengenai tulisan saya dengan judul: Andaikan dana pemilu 2004 untuk beasiswa PhD. Sangat menarik untuk dicermati dan ditelaah buah pemikiran/tanggapannya. Semoga harapan kita menjadi Indonesia lebih baik diberikan jalan dan titik terang oleh Allah SWT, amin. Tulisan lengkapnya bitte...


Oleh Fajar Siswandaru
Daripada dipakai untuk biaya 'scholarship' (biar gaya dikit, dipandang intelek pake bhs inggris:) PhD 'abroad', lebih baik untuk 'scholarship' SD, SMP dan SMA di dalam negeri. Lagi pula Indonesia TIDAK BUTUH banyak PhD lulusan luar negeri. Indonesia SANGAT BUTUH orang yang jujur, cerdas, berani, inovatif, kreatif dan 'mau berkeringat'. Apabila melihat profil 'founder' perusahaan² top dunia semisal Intel, Microsoft, Ford dst, mereka adalah orang2 yang cerdas, inovatif, 'mau berkeringat' dan berani mengambil risiko. Sebagai catatan Mr Bill Gates dari Microsoft saja tidak lulus Harvardnya. Manusia - manusia tipikal seperti itulah yang sangat dibutuhkan oleh negeri ini. (Kebetulan profil Capres kita ARSIS ini memang sangat memenuhi semua kriteria diatas.. he he)

Lalu apa gunanya kita mempunyai banyak orang yang berpendidikan namun setelah lulus 'nganggur'? Jangan lupa proses pembelajaran yang 'masif' adalah terjadi pada dunia profesional / kerja. Di situlah biasanya kita menyadari bahwa ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang bersekat-sekat namun sangat berkaitan erat antara satu dan lainnya. Pemahaman akan satu bidang ilmu saja kadang akan membuat kita menjadi orang yang 'kerdil' karena tidak mampu menghadirkan pemahaman 'holistik' akan suatu fenomena / masalah.

Secara perlahan, beasiswa untuk PhD di luar negeri (yang diberikan oleh pemerintah) harus mulai dikurangi dengan cara meningkatkan mutu pendidikan tinggi di tanah air. Dan juga mutu pendidikan menengah dan 'elementary' tentunya. Sukur - sukur akhirnya malah negara – negara tetangga semisal Malaysia, Singapura dll yang akhirnya mengirimkan pelajarnya untuk belajar di sini. (Seperti tahun 70-an)

Satu hal lagi yang harus dirubah adalah metoda pendidikan dan budaya. Pertama, budaya kita yang unsur feodalistik nya masih kental (Senior-Yunior, Guru-Murid, Orang tua - Orang muda) menghadirkan pola pendidikan 'doktriner' yang menafikan diskusi. Kebenaran adalah satu, kita tidak terbiasa dengan pandangan baru atau yang berbeda. Seorang anak yang terlalu banyak bertanya atau berpendapat biasanya dicap sebagai 'pembangkang', 'usil' dan cap-cap buruk lainnya. Sebaliknya anak yang tidak pernah mempunyai pendapat sendiri ataupun inisiatif untuk bertanya dicap baik sebagai anak 'manis', 'penurut' dst.

Kedua, budaya rendah diri (Soekarno bilang budaya 'inlander') harus dibabat habis. Budaya tsb mengakibatkan kita hanya 'nrimo' ketika dikatakan 'bodoh', 'tidak mampu', 'berpendidikan rendah', 'tidak intelek'. Dan memandang 'orang bule' atau hal - hal yang berbau 'luar negeri' sebagai sesuatu yang 'wah', 'hebat' dll. Percaya diri dan kebanggaan sebagai 'orang Indonesia' harus ditingkatkan. Untuk hal ini salut kepada Soekarno dan SYH yang cuma 'produk lokal' (ITB thok) namun prestasinya fenomenal. Soekarno malah mempunyai prestasi 'fenomenal' secara 'internasional'. (Mudah-mudahan SYH juga bisa 'go international' kalau beliau terpilih jadi wapres nanti).

Ketiga, budaya baca kita masih rendah. Buku adalah media yang efisien untuk pembelajaran dan pendidikan. Melalui buku seseorang dapat mempelajari berbagai macam topik ilmu tanpa memandang usia, tingkat pendidikan, spesialisasi, profesi dll. Buku dapat menjadi media yang sangat baik untuk meningkatkan 'skill' dan 'wawasan' bagi manusia yang usia sekolahnya telah lewat (30 tahun ke atas).

Sedihnya saya belum mendengar satu capres pun yang mempunyai program 'perpustakaan rakyat'. Buku akhirnya menjadi hal yang 'eksklusif' dan 'mahal' karena tidak tersedia secara mudah dan murah bagi rakyat di pedesaan maupun perkotaan. (Berbeda jauh dengan kondisi di Inggris dan bahkan Singapura dimana mereka mempunyai jaringan perpustakaan
rakyat yang sangat baik sekali).

Jadi sekalian saya nitip usul, kalo ARSIS terpilih dan anggaran pendidikan bisa ditingkatkan, fokus peningkatan pendidikan jangan hanya terpaku pada pembangunan fisik sekolah SD, SMP, SMA atau peningkatan guru. Perlu dibangun juga 'network of public libraries' yang lengkap, nyaman dan murah bagi penduduk desa dan kota di seantero nusantara ini. Dan jangan lupa buku-buku tsb jangan dibajak / difotokopi untuk alasan apapun, hak pengarang dan penerbit perlu dilindungi oleh pemerintah dengan membelinya secara sah dan legal.

As. Wr. Wb.
Fajar Siswandaru
Indonesia