Donnerstag, Juni 10, 2004

Jangan ada dendam diantara kita

Saya teringat pesan salah seorang dosen waktu kuliah S2 di ITB dulu kurang lebih intinya begini; Keahlian anda bukan ada dalam buku dan ijazah. Perkataan ini yang selalu menjadi ingatan saya dan memacu untuk memahami benar ilmu yang dipelajari, bukan hanya sekedar mengejar kertas selembar. Apa lagi nanti kalau ada yang bertanya tentang sesuatu kepada kita tentang topik yang kita tekuni, lalu dijawab ..wah, ntar yaa saya baca buku dulu. Kalau gini caranya semua orang kan bisa..(ce ile..).

Membaca berita hari ini di DetikCom mengenai "debat capres" di kampus UI Depok yang hanya dihadiri oleh Amien Rais (saja), cukup dimaklumi. Jelas kalau Amien Rais masuk kampus, sama saja menyuruh ikan nyebur ke sungai. Ya sudah puluhan tahun dia bergelut di dunia kampus, baik sebagai mahasiswa dan terakhir jadi dosen dan peneliti. Yang lucu adalah kalau Amien Rais ngga datang, he..he..(masak nggak datang sih?).

Balik ke awal cerita, disini saya lihat kejeniusan Amien Rais dalam melihat masalah dan memecahkannya dalam waktu yang singkat. Sehubungan dengan 7 butir "kontrak politik" poin pertama yang sedikit "mengganjal" barangkali dalam susunan kosa katanya. Pada mulanya bersisi: Adili Soeharto dan kroninya. Nah, kayaknya Amien Rais sudah tau benar sifat sebagian besar masyarakat kita yang "santun", dan kalau kalimat ini yang diteken, wah..berabe deh (agak kasar kali yee?). Dengan cepat dia mengusulkan tambahan diujung kalimat tersebut dengan sesuai dengan hukum tanpa ada rasa dendam. Bahasa ini jika ditelaah sangat santun. Tampaknya Amien Rais makin hari makin matang aja...Pantaslah dia jadi capres yang diidamkan banyak orang.

Tujuh poin kontrak politik dengan mahasiswa di kampus UI selengkapnya adalah sbb (ini perlu diingat kalau dia lupa setelah jadi presiden, kudu didemo!):

[1] Mengadili Soeharto serta para kroninya tanpa diiringi rasa benci dan dendam
[2] Menolak militerisme.
[3] Menghapus budaya kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN).
[4] Menyelenggarakan pendidikan dan kesehatan yang murah dan berkualitas.
[5] Mengendalikan harga sembako, bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan memberdayakan unit usaha kecil-menengah.
[6] Meningkatkan kesejahteraan buruh, tani, nelayan, dan guru.
[7] Membangun kemandirian bangsa dan menegakkan budaya demokrasi yang egaliter.

Selengkapnya baca disini COB..LOSS! atau di Republika.co.id