Donnerstag, Juni 17, 2004

Maaf mas, kaki saya ke-injak!

Saya baru tahu kalau teman dekat saya, dulunya nggak suka sama Amien Rais (AR). Padahal dia pernah ikut mendengarkan orasi AR pada thn 1997 dulu dilapangan GASIBU, Bandung (mau tau kepanjangan GASIBU versi kocaknya, GApangan SIpak BUla). Gaya berpidato AR yang berapi² dilengkapi dengan data² valid yang tak terbantahkan, membuat sebagian orang kaget, salut, terharu, terpacu dan ternyata juga bosan. Teman saya contohnya, masuk katagori yang terakhir.

Beberapa minggu yang lalu dia akhirnya berterus terang mengapa dia nggak simpati dengan AR, ternyata gaya bahasanya tidak terlalu pas dengan telingga teman saya tsb. Dia juga bilang, kalaupun itu data dan fakta yang dinyatakan adalah betul, tapi gaya penyampaiannya terlalu agresif. Demikian kesimpulan intinya.

Namun sekarang dia telah menjadi salah seorang simpatisan AR dan selalu membaca artikel² baik itu di MailingList ataupun di koran-online. Dan paling marah kalau ada orang yang menyudutkan AR. Setelah saya selidiki, ternyata dia melihat ada perubahan besar dalam tutur, gaya dan penampilan AR yang makin bijak. Mungkin benar apa yang dikatakan beliau bahwa ''Semakin Tua, Insya Allah, Saya Semakin Arif'' seperti yang diutarakannya saat wawancara dengan Hidayatullal.Com.

Ternyata cara berbicarapun significant menarik perhatian orang. Jadi teringat, kalaupun kaki kita terinjak orang dan itu sakit (bageeet3x), kata² "terbaik" yang sering diucapkan, Maaf mas, kaki saya ke-injak!.

FYI, Majalah Gatra hari ini juga membahas topik berkisar tentang penampilan Amien Rais. Beberapa kutipannya menyatakan begini..........Amien bisa bicara dengan siapa saja dari hati ke hati, tanpa memerahkan telinga pendengarnya. Selengkapnya silakan klik di Gatra.Com